Agen Pengendali Hayati atau yang biasa disingkat APH adalah mikroorganisme yang dikembangkan secara alami dan melalui metode rekayasa genetik yang dimanfaatkan untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Ada beberapa jenis APH yang dapat dimanfaatkan, di antaranya dari golongan Jamur, Bakteri, Virus dan mikroorganisme lain yang dapat bermanfaat bagi tanaman. Selain mikroba, predator, parasit dan patogen juga berpotensi digunakan sebagai kelompok agen hayati untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman yang dibudidayakan.
Penggunaan APH belakangan ini semakin masif, seperti halnya kelompok tani penerima manfaat yang ada di Kabupaten Lombok Utara. Penggunaan APH oleh kelompok tani tersebut dimulai setelah diadakannya Program Pemberdayaan Petani dalam Pemasyarakatan PHT (P4). Dalam program tersebut, petani diajarkan mulai dari tahap eksplorasi, identifikasi, purifikasi hingga perbanyakan agen hayati. Serangkaian kegiatan tersebut bertujuan untuk mendapatkan agen pengendali hayati yang bersifat spesifik lokasi.
Kelompok tani penerima manfaat ini dibekali dengan fasilitasi pendukung seperti laboratorium mini dengan perlengkapan yang hampir sama dengan laboratorium pada umumya yang memiliki mikroskop, laminar air flow, dan alat pendukung lainnya. Kelompok tani yang merasakan manfaat program ini adalah kelompok tani Bestari yang ada di Desa Rempek, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara. Kelompok tani tersebut ketika melakukan eksplorasi mendapatkan APH golongan jamur seperti Trichoderma yang merupakan jamur antagonis yang fungsi utamanya untuk mengendalikan beberapa jenis penyakit yang disebabkan oleh jamur patogen, dan Beauveria bassiana serta Metarizhium yang merupakan golongan jamur entomopatogen untuk mengendalikan serangan hama pada tanaman.
Kelompok tani penerima manfaat Program P4 bersama petugas POPT yang ada di Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara dengan gencar memasyarakatkan penggunaan APH. Kelompok Tani tersebut tidak hanya menggunakan APH di kelompoknya sendiri, akan tetapi mereka juga melakukan uji coba di kelompok lain. Tidak tanggung-tanggung, luasan 26 Ha produk APH diujicoba di dua kelompok tani yaitu Poktan Bongas Johar dan Tetet Paoq yang berlokasi di Desa Gondang Kecamatan Gangga. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan para petani dalam menggunakan produk APH, Sebagaimana di sampaikan oleh Kepala balai Perlindungan Tanaman Pertanian (BPTP) Provinsi NTB “Salah satu cara untuk memasifkan pengguanaan APH yaitu dengan memperbanyak lokasi percontohan supaya petani melihat perbandingan antara menggunakan APH dengan sistem konvensional yang biasa di lakukan petani yaitu penggunaan Pupuk dan pestisida Kimia” ungkap Baiq Rahmayati.
Dalam kegiatan Demplot 26 Ha ini, Poktan Bestari telah berhasil meningkatkan produksi tanaman padi dari hasil sebelumnya 8 ton/ha menjadi 9,8 ton/ha melalui produk APH yang dihasilkan. Dari hasil capaian peningkatan produksi ini menjawab kekhawatiran petani yang selama ini sering kita dengara bahwa penggunaan bahan Organik bersifat lambat dan tidak mampu meningkatkan produksi.
Pak Lebih, salah seorang petani di tempat demplot menceritakan pengalaman selama pengaplikasian produk APH, “tahun ini saya bersyukur karena ada kelompok tani bestari yang telah membimbing kami dalam penanaman ini, sehingga mengurangi biaya yang kami keluarkan. Awalnya saya menggunakan full produk kimia baik pupuk maupun pestisida kimia mampu menhasilkan produksi 8 ton/ha, tetapi setelah menggunakan produk yang dihasilkan oleh kelompok Bestari ada peningkatan menjadi 9,8 ton/ha. Ini sangat luar biasa”. Produk yang di aplikasi diantaranya PGPR untuk Seed Treadment dan diaplikasikan sebanyak 6 kali mulai umur 7 HST, Tidak hanya PGPR Trikokompos juga diaplikasikan sebagai tambahan untuk pupuk dasar. Sedangkan untuk Pengendalian OPT menggunakan Pesnab, Metarhizium dan Beauveria bassiana. Dalam kegiatan Demplot ini penggunaan Pupuk Kimia Sintetis phonska hanya sekali aplikasi pada awal saja dengan dosis 150 kg/Ha. Alasan petani tetap menggunakan Pupuk Kimia karena petni di haruskan menebus pupuk yang sudah dialokasikan.
Sebelumnya Lokasi Demplot ini pernah di kunjungi oleh Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Takdir Mulyadi. Dalam kunjungannya pada September akhir, Beliau menyampaikan harapannya terkait Program P4 di Kabupaten Lombok Utara. Beliau berpesan agar petani penerima manfaat program ini, selain mampu menghasilkan bahan pengendali dan pupuk yang ramah lingkungan, ilmu yang didapatkan selama program berlangsung juga harus ditularkan ke kelompok lain agar penggunaan APH di Lombok Utara semakin meluas.
Penggunaan APH diharapkan tidak hanya berorientasi pada pengendalian OPT, tetapi juga mampu menciptakan tanah yang subur bagi tanaman. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Takdir Mulyadi juga menegaskan dalam kunjungannya pada September lalu “dengan semakin menurunnya kesehatan tanah, sudah saatnya kita melakukan kegiatan budidaya pertanian yang dapat mengembalikan kesehatan tanah dengan memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai pupuk agar tanah menjadi subur kembali sehingga tanaman dapat tumbuh lebih baik, lebih tahan terhadap hama penyakit dan produktivitas meningkat”.
Meningkatnya hasil produksi tanaman padi yang diujicoba pada kelompok lain, menjadi penyemangat untuk terus melakukan produksi guna menjawab tujuan utama program P4 yaitu memasyarakatkan penggunaan APH secara luas. Dari informasi data stok bulan November awal, Kelompok Bestari telah melakukan perbanyakan. Tercatat dalam data stok produk yang dihasilkan seperti Trikokompos sebanyak 20 Ton, Trichoderma Cair dalam bentuk Es Mambo 100 Biji, Trichoderma padat 40 Kg, Isolat Trichoderma 17 Tube, Isolat Metarhizium 15 Tube, Metarhizium cair 200 Liter, Beauveria bassiana 20 Liter dan PGPR 400 Liter. Tidak hanya itu, Kelompok Bestari juga memproduksi Pestisida nabati menggunakan bahan spsesifik Lokasi yang ada di sekitar seperti Mimba dan gadung sebanyak 100 liter, ditambah lagi pupuk organik cair 180 Liter. APH yang di produksi ini di manfaatakan oleh anggota poktan maupun kelompok tani lainnya yang ada di sekitaran kecamatan Gangga untuk diaplikasikan pada komoditi tanaman pangan seperti, Padi dan Kacang Tanah.
Kontributor: Safprada RHA, SP (POPT Ahli Pertama)